July 27, 2007

Sibuk ... or ... Sok Sibuk??


Fiuhh ... lama banget ga apdet. Maap ya temen2, telah membuat anda semua menunggu-nunggu (halah...sok yakin neh, hahaha ... )
Dimulai dari inet kantor yang lagi down, nglanjut ke diriku yang disibukkan oleh kerjaan kantor yang bertubi-tubi. Diakhiri dengan matek-nya komputerku. Lengkaplah sudah alasan untuk ga sempet apdet disini.
Gara-gara diplot sebagai sekretariat seminar keselamatan nuklir di kantor, sibuklah diriku. Kayaknya kerjaan cuman dikit-dikit, tapi naudzubillah, banyak juga yang kudu diberesin. Telpon, konfirmasi, ngonsep surat, bikin draft, nyusun jadwal, ngatur ini itu ... pusiiing ... Padahal temen2 laen banyak juga disini, tapi karna ini udah tanggung jawab sekretariat, ya akhirnya ga enak juga kalo kudu ngrusuhin mereka. Sibuk tralala jadinya. Tapi alhamdulillah satu per satu terselesaikan. Hari H tanggal 1-2 Agustus 2007 tinggal 5 hari lagi. Tinggal nyiap2in seminar kit besok Senen, abis tu giliran Sie Persidangan yang kerja. Legaaa ...
Ne ceritanya numpang apdet di komputer suami. Abis gimana, komputerku masih pingsan, blom ada dokter yang sanggup ngobatin. Pas lagi banyak2nya kerjaan malah mati, piye tho kom ... kom ... kamu kan udah taksayang-sayang, kok ya tetep ngambek. Apa minta di 'lem biru' ? Lempar ganti baru. Hahaha ... sabar, sabar, bentar lagi komputer baru datang kok diell (ups ... iya kalo kebagian jatah).
Ya uda deh, besok cerita-cerita lagi. Udah mo jam lima neh, mo pulang mampir beli martabak telor. Kayanya si kecil lagi pengen maem martabak telor tuh. Eh ... si kecil apa mamanya yang pengen yaaa??? Sssstt ... jangan bilang2 Ayah ah. Hihihi ...

July 04, 2007

Saat Pertama


Suatu hari di bulan ini, empat belas tahun yang lalu, diell kecil memulai hari pertamanya sebagai murid SMP.

Seperti biasa, setiap tahun ajaran baru pasti dimulai di hari Senin. Dan hari Senin bagi siswa sekolah identik dengan upacara bendera. Senin itu pun, aku dan teman-teman satu angkatan akan mengikuti upacara penerimaan siswa baru di SMP kami. Dengan dandanan rambut panjang kepang dua dan masih berseragam merah putih, karena kain seragam biru putih belum dibagikan, aku berangkat ke sekolah bersama Papa. Papa memang diundang untuk ikut upacara di sekolah. So, Papa pun ijin dari kantornya sebentar untuk menemani putri tercintanya memulai hari di bangku SMP.
Naik motor, kami pun tiba di sekolah. Loh ... kok temen-temen yang lain ga datang bareng Papanya? Trus kenapa Papa musti diundang? Jangan-jangan aku yang salah menerima info dari sekolah. Waaa ... udah sport jantung duluan deh. Nah, itu dia datang orang tua murid satu lagi. Oh, itu kan Wahyu, cowok yang NEM-nya tertinggi di SD-ku. Dia juga datang bareng Papanya. Fiuhh ... ada temennya neh (yang sama-sama bawa ortu).
Setelah taruh tas dibawah pohon, karna belum tahu ruang kelasnya, aku dan teman-teman berkumpul di lapangan. Murid-murid kelas dua dan tiga pun mulai berdatangan di lapangan. Ada beberapa guru laki-laki yang mulai mengatur barisan. Seperti letter U, siswa-siswi sebagai peserta upacara menghadap ke barat, petugas upacara menghadap selatan, sedangkan guru-guru ke utara. Tapi, loh ... , aku dan Wahyu disuruh berdiri di luar barisan teman-teman, tepatnya di bagian kiri lapangan, menghadap ke utara. Dibelakang kami, berdiri Papa dan ayahnya Wahyu. Woalah ...
baru sadar aku, ternyata aku (dan Wahyu) ditunjuk sebagai wakil murid baru, dan belakangan baru kusadari juga kalo penunjukkan itu berdasarkan rangking NEM tertinggi siswa yang diterima di sekolah itu. Waaa ... jantungku berdebar makin kenceng aja. Grogi membayangkan gimana nanti waktu dipanggil ke tengah lapangan. Maklum, diriku bukan orang yang senang tampil di muka umum, bisa dibilang cenderung ga pede.
Ketika kepala sekolah dan semua guru dan murid sudah berkumpul, upacara dimulai. Ternyata sama seperti upacara di SD-ku dulu, pikirku. Tiba waktunya acara penerimaan siswa baru secara simbolis. Aku (dan bertiga lainnya) pun maju ke tengah lapangan untuk menerima ucapan selamat dari kepala sekolah. Iiihh ... ne jantung kok ga berhenti loncat-loncat sih. Perjalanan dari tepi lapangan sampai ke tengah terasa jauh sekali. Sepertinya, semua mata yang ada disitu melihatku. Aku ga berani tengok kanan kiri. Hanya melihat ke arah kepala sekolah sambil sesekali menunduk.
Prosesi selesai, alhamdulillah berjalan lancar. Upacara pun selesai, dan Papa berpamitan kepada pihak sekolah untuk kembali ke kantornya.
Segera kami, murid baru, diberitahukan mengenai kelasnya masing-masing beserta ruang kelasnya. Satu angkatan dibagi menjadi empat kelas. Sedikit yah? Kan memang sekolah di desa, so kapasitasnya pun masih kecil. Aku kebagian kelas 1-c. Kami dipersilakan masuk ke kelas masing-masing. Siswa kelas dua dan tiga juga sudah berada di kelas masing-masing, siap menerima pelajaran, walau biasanya hari pertama tahun ajaran baru hanya diisi dengan pembagian jadwal pelajaran, pemilihan ketua kelas dan anak buahnya, dan pengarahan dari wali kelas.
Di dalam kelas, hanya beberapa orang saja yang kukenali sebagai teman di SD. Lainnya, hmm ... harus segera berkenalan neh. Aku yang sudah merasa bukan anak kecil lagi, mulai lirik sini lirik sana, ada yang ganteng ga yaaa.. ?? Hihihi ... ABG banget ya. Wali kelas, seorang guru perempuan, cantik, masuk dan memberikan pengarahan. Dia juga membimbing kami memilih pengurus kelas. Saat itu, yang dipakai sebagai patokan untuk memilih ketua kelas adalah murid cowok yang badannya besar dan terlihat cerdas.
Satu setengah jam berada di kelas, waktunya istirahat. Wali kelas kembali ke ruang guru dan kami dapat berburu es atau jajanan kecil di warung dekat lapangan belakang sekolah. Karna belum lapar, aku pun memanfaatkan waktu istirahat untuk ngobrol dan berkenalan dengan teman-teman di depan kelas kami.
Tiba-tiba, seorang teman yang baru kenalan denganku hari itu menghampiri.
"Diell, kamu dapet salam dari ketua kelas 2-c. Salam manis katanya."
"Hah ... siapa?", tanyaku.
"Namanya Henda, orangnya keren loh. Cakep."
"Ooo ... iya de. Makasih". Penasaran? Tentu aja aku penasaran. Baru hari pertama sekolah kok ya udah ada yang brani-braninya titip salam ama calon primadona sekolah ini, hehehe.
"Nanti deh, kalo dia lewat depan kelas kita aku kasih tau kamu. Ok?" dia bilang lagi. Aku cuma ngangguk aja.
Bener aja, ketika serombongan cowok lewat depan kelas, temenku itu langsung nunjukkan orang yang titip salam tadi. Seperti film yang slow motion gitu, aku melihat cowok yang namanya Henda untuk pertama kalinya dari dalam kelasku melalui kaca jendela yang memang besar-besar.
"Hmm ... cakep juga neh anak. Hidungnya boleh juga tuh." Kataku dalam hati. Ada desiran aneh didada, ga tau apa itu. Inilah saat pertama itu. Saat pertama aku melihat orang bernama Henda.
Sejak itulah kisahku dengannya dimulai. Hingga ... tiga belas tahun kemudian, aku menikah dengannya, dan kami berikrar untuk menjadi suami istri dunia dan akhirat. InsyaAllah.