Seperti badai, perintah untuk segera menyiapkan perjalanan ke Tarakan, Kaltim, datang jam dua siang sedangkan jam kantor hari itu hanya sampai jam 4.30 sore. Dan hari keberangkatan yang dipilih adalah besoknya, setelah jeda weekend. Ga mudah untuk memutuskan, "Ya, saya siap ditugaskan". Selain bab persiapan di kantor, karena aku sendiri yang harus menyiapkan, dirumah pun sebenarnya di hari H keberangkatan sudah ada rencana untuk malahan meliburkan diri dari kerjaan kantor karena harus menemani anak-anak.
Segala sesuatunya sudah disiapkan dalam waktu yang sangat singkat, tiket pesawat sudah di tangan, hotel sudah di-booking, instansi terkait sudah dihubungi, surat-menyurat sudah rapih, bahkan anak-anak sudah berhasil diserahkan ke asisten sementara dan pagi itu sudah pamitan berangkat kantor sambil bawa ransel pakaian. Setelah semua itu, seperti badai pula, jam dua siangnya, aku harus menghadapi keputusan bahwa kami terpaksa tidak bisa berangkat.
What??? Setelah kalang kabut begini akhirnya hanya seperti itu?? Upps ... don't know what to say ... (geleng-geleng kepala mode: ON)
Subbhanallah ... kalau memang takdir-Mu adalah aku harus menemani anak-anak, Engkau telah sangat berhasil menunjukkan betapa hanya kepada Engkau-lah semua urusan dikembalikan. Terlepas dari apapun penyebab batalnya rencana itu, aku hanya memandang dan menerimanya sebagai ketentuan dari-Mu, Yang Maha Kuasa atas segalanya.
Sekarang hanya bisa tertawa, mentertawakan diri sendiri, geli, atas apa yang terjadi. Dan besok, insyaAllah aku akan lebih banyak tertawa bermain bersama anak-anak seharian (di hari kerja). Allah memang hebat!!