Suami yg menikahimu tidaklah semulia Muhammad SAW
tidaklah setaqwa Ibrahim,
tidaklah setaqwa Ibrahim,
pun tidaklah setabah Ayyub,
Suamimu hanyalah pria akhir zaman yang punya cita-cita membangun keturunan yang sholeh.
Pernikahan mengajarkan kita kewajiban bersama.
Suami adalah nahkoda kapal, kamu navigatornya,
Suami menjadi rumah, kamu penghuninya,
Suami menjadi guru, kamu muridnya.
Seandainya suami lupa … bersabarlah kamu memperingatinya.
Istri yang kamu nikahi tidaklah semulia Khadijah,
tidaklah setaqwa Aisyah,
pun tidaklah setabah Fatimah.
Istrimu hanyalah wanita akhir zaman yang punya cita-cita menjadi istri shalehah.
Pernikahan mengajarkan kita kewajiban bersama.
Istri menjadi tanah, kamu penaungnya,
Istri ladang tanaman, kamu pemagarnya,
Istri bagaikan anak kecil, kamu tempat bermanjanya.
Seandainya istrimu tulang yang bengkok, … berhati-hatilah kamu meluruskannya.
Pernikahan mengajarkan kita kewajiban bersama.
Suami adalah nahkoda kapal, kamu navigatornya,
Suami menjadi rumah, kamu penghuninya,
Suami menjadi guru, kamu muridnya.
Seandainya suami lupa … bersabarlah kamu memperingatinya.
Istri yang kamu nikahi tidaklah semulia Khadijah,
tidaklah setaqwa Aisyah,
pun tidaklah setabah Fatimah.
Istrimu hanyalah wanita akhir zaman yang punya cita-cita menjadi istri shalehah.
Pernikahan mengajarkan kita kewajiban bersama.
Istri menjadi tanah, kamu penaungnya,
Istri ladang tanaman, kamu pemagarnya,
Istri bagaikan anak kecil, kamu tempat bermanjanya.
Seandainya istrimu tulang yang bengkok, … berhati-hatilah kamu meluruskannya.
(ngutip dari undangan nikah sepupu di Jogja)