June 07, 2007

Allah Kurang Apa Coba?


'Triririiiitt ... triririiiitt ... triririiiitt ... triririiiitt ...', suara itu puluhan kali terdengar di telingaku yang sedang asyik2nya bermimpi. Tadinya kupikir hanya mimpi, tapi akhirnya kusadari ini bukan mimpi. Pelan2 nyawa mulai terkumpul.
Ini suara jam beker, pikirku. Ngelirik jam dinding dikamar dengan mata masih ngantuk berat, ah, masih jam setengah empat kurang. Masih terlalu pagi. Siapa sih yang nyetel jam beker? Kalo dah niat mo bangun pagi buruan bangun donk, jangan biarin jam teriak2 kaya gitu. Brisik tau! Bla .. bla ... bla .. Aku terus memaki dalam hati. Beberapa hari ini memang sering terdengar alarm beker dari kamar tetangga, ga tau yang mana. Tapi sebentar bunyi juga dah mati, karna yang punya dah bangun. Ayooo ... bangun donk wahai tetanggaku yang nyetel alarm! Sambil berharap, aku coba tidur lagi. Merem.
Wadoohh ... ga bisa bobo lagi, berisik. Nglirik suami disebelahku, masih dengan nyenyaknya tidur. Mmmhh ... alangkah enaknya ga keganggu alarm yang bikin stress karna bunyinya yang itu2 aja. Coba nutupin telinga pake guling, tidur. Aaahh ... masih denger walo lebih pelan. Gimana neehh??
Udah ratusan kali tuh bunyi diulang2. Capek dengernya. Sempat berpikir, apa aku keluar trus kuketok2 tetanggaku itu biar bangun dan matiin alarmnya. Tapi aku takut salah kamar, ga jelas juga dari kamar mana datangnya suara itu. Apa aku bangunin suamiku aja ya? Tapi ga ah, kasian, masih enak2nya tidur.
Ya Allah, tolong donk, telingaku capek. Ngelirik jam lagi, hah .. udah jam empat? Udah setengah jam lebih alarmnya bunyi ga bangun2 juga? Dasarrr ... ini mah namanya bukan mbangunin diri ndiri tapi juga tetangganya. Tapi kok yang lain seperti ga terganggu ya? Ga ada suara2 lain dari luar kamar.
Dengan gontai, kupaksain turun dari kasur. Ke kamar mandi, pipis. Oiyah ... aku kan belum 'isya. Skalian tahajud ah. Abis pipis, kuambil air wudhu, segerrr ... jadi melek. Gelar sajadah, pake mukena, niat solat 'isya. Bunyi alarm masih terdengar. Ya Allah, ampuni aku yang jadi memaki-maki cuman gara2 alarm. Jadikan ada pelajaran yang bisa kuambil dari kejadian ini ya Allah.
Tiba-tiba ... di raka'at kedua ... bunyi alarmnya berhenti. Hah? Yang bener? Coba dengerin lagi ... ga ada. Iya bener, ga bunyi lagi. Alhamdulillah, syukurlah. Kulanjutkan solatku. Selesai 'isya, dzikir bentar, trus berdiri lagi buat tahajud. Selesai tahajud, wiridan panjang, sambil berpikir, kok alarmnya tiba-tiba mati? Apa baterainya habis? Apa tetanggaku itu udah bangun? Atau ... *tring ... jangan-jangan tadi tangan Tuhan yang mberhentiin alarm, entah lewat jalan apa. Pikiran itu langsung nyesek. Entah kenapa, aku langsung yakin kalo ini memang yang Allah inginkan. Aku dibangunkan lewat bunyi alarm tetangga, dan setelah aku memohon untuk dihentikan, tiba-tiba alarm berhenti.
Astaghfirullah ... ya Rab, Engkau Maha Mendengar ya Allah. Engkau kabulkan permohonanku yang hanya sekecil kotoran kuku ini. Kenapa aku masih sering meninggalkan kewajibanku? Kenapa aku masih dengan entengnya melupakan perintah solat lima waktu-Mu? Kenapa ... Padahal Engkau sudah mengabulkan semua permintaanku, memberikan aku pekerjaan yang mulia, memberikan aku suami yang baik dan bertanggung jawab, memberiku karunia dalam rahimku yang insyaAllah akan lahir sebagai anak kami, memberiku ... ahh ... betapa banyak yang telah kuterima.
Dalam diam, aku terus berpikir dan bertanya. Tiba-tiba air mataku keluar. Ampuni hamba ya Allah, ampuni suami hamba, orang tua hamba, orang tua suami hamba serta saudara2 hamba ya Allah. Semakin lama, air mata semakin deras, tanpa bisa kubendung. Aku malu. Malu pada-Nya. Malu untuk mengajukan permohonan lagi kepada-Nya. Malu untuk minta yang macam-macam kepada-Nya. Padahal aku sendiri sering melupakan-Nya. Aku hanya ingin diampuni dan terus diberikan hidayah agar dapat selalu mengingat-Nya.
Ampuni hamba ya Allah ...
Tanpa bisa berbisik dan berpikir lagi, aku hanya terus menangis ... menangis sampai suamiku tercinta yang terbangun karena mendengar isakku memelukku sambil bertanya-tanya.

No comments: